ACEH SINGKIL, detikaceh.com ~ Pemandangan pilu menyelimuti Desa Pulo Sarok, Kecamatan Singkil, Kabupaten Aceh Singkil, yang kini menghadapi dampak abrasi pantai terparah sepanjang tahun. Sejak Mei dan memuncak pada November 2024, gelombang laut tak henti menggerus daratan, membuat sebagian rumah warga rata dengan tanah dan hanyut terseret arus laut.
Kejadian ini tak hanya meninggalkan puing, namun juga trauma mendalam bagi masyarakat.
Dampak abrasi kali ini jauh melampaui kejadian-kejadian sebelumnya di tahun 2024. Garis pantai berubah drastis, menghapus jejak pemukiman yang telah berdiri bertahun-tahun lamanya.
Menyikapi kondisi darurat ini, Kepala Pelaksana [Kalaksa] Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Singkil H. Alhusni SH., menyatakan keprihatinan mendalam atas musibah yang menimpa warga Pulo Sarok.
“Kami sangat prihatin melihat kondisi yang menimpa saudara-saudara kita di Pulo Sarok,” ujar H. Alhusni SH.
“Ini adalah bencana yang berulang-ulang kali ini dampaknya sangat parah.”
Tanpa menunda, BPBD langsung mentribusikan ribuan lembar goni atau karung. Karung-karung tersebut akan diisi pasir dan digunakan sebagai tanggul darurat di sepanjang bibir pantai. Upaya ini merupakan langkah awal yang krusial untuk mengantisipasi dan meminimalisir dampak lebih lanjut dari gelombang laut yang terus mengancam, serta mencegah abrasi meluas ke area pemukiman yang tersisa.
Peristiwa abrasi di Pulo Sarok telah menjadi ancaman serius bagi keberlangsungan hidup masyarakat pesisir. Ini menyoroti urgensi penanganan abrasi yang lebih komprehensif dan berkelanjutan. Diperlukan sinergi antara pemerintah daerah, pusat, dan berbagai pihak terkait untuk mencari solusi jangka panjang, seperti pembangunan pemecah gelombang permanen atau relokasi pemukiman warga ke lokasi yang lebih aman, demi menjamin keselamatan dan keberlangsungan hidup masyarakat Pulo Sarok di masa depan.[]
Jurnalist: Khalikul Sakda