BANDA ACEH – Suasana khidmat menyelimuti Masjid Raya Baiturrahman pada Rabu sore, 13 Agustus 2025, saat pengukuhan Tgk H Muhammad Ali, yang lebih dikenal dengan Abu Paya Pasi, sebagai Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman. Gubernur Aceh Muzakir Manaf alias Mualem hadir langsung untuk melakukan pengukuhan dalam upacara yang dihadiri ribuan jamaah.
Acara ini bukan sekadar momen sakral keagamaan, tetapi juga menjadi ajang pertemuan dua tokoh Aceh yang berbeda pilihan politik pada Pilkada 2024 lalu, yakni Gubernur Mualem sebagai Ketua DPP Partai Aceh dan Tgk H Tu Bulqaini Tanjongan, Ketua Umum Majelis Partai Adil Sejahtera (MPP-PAS Aceh).
Dengan bahasa Aceh yang kental dan diselingi guyonan, Mualem memanggil nama Tu Bulqaini dengan penuh hormat. “Yang kita hormati Tu Bulqaini. Tu, ini cita-cita kita waktu Pilkada 2017,” ucapnya, mengingat tekad mereka kala itu untuk memperkuat Ahlusunnah wal Jama’ah di Aceh.
Mualem mengakui, perjuangan itu belum berhasil pada saat itu. “Tapi tidak berhasil saat itu. Kali ini harus berhasil Tu. Tu berdiri di depan,” ujarnya sambil tersenyum, disambut pekikan takbir dari jamaah yang memadati masjid. Pernyataan tersebut menjadi sinyal kuat bahwa perbedaan pilihan politik di masa lalu tidak memadamkan semangat persatuan demi tujuan yang sama.
Gubernur Aceh juga menyampaikan filosofi hidup sederhana yang diungkapkan dalam bahasa Aceh: “Itulah sejarah, berganti dan bertukar. Seperti kata Abu Paya Pasi tadi. Hidup kita ini seperti ban sepeda. Ada saatnya di atas dan adakalanya di bawah.”
Persahabatan dan kerja sama Mualem dan Tu Bulqaini bukan hal baru. Pada Pilkada 2017, Tu Bulqaini yang kala itu dikenal sebagai ulama muda dan pimpinan Dayah Markaz Ishlah Al Aziziyah Banda Aceh, menjadi bagian dari tim inti pemenangan Mualem sebagai calon gubernur Aceh yang berpasangan dengan TA Khalid. Namun, pasangan yang mereka usung kalah dari Irwandi Yusuf-Nova Iriansyah.
Pada Pilkada 2024, arah politik mereka berseberangan, tetapi silaturahmi dan kesamaan visi keagamaan tetap dijaga. Pengukuhan Abu Paya Pasi sebagai Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman menjadi momen simbolik persatuan antara tokoh politik dan keagamaan di Aceh, sekaligus menegaskan bahwa perbedaan politik tidak menghalangi kerja sama demi kepentingan umat.