Subulussalam |detikaceh.com. Kekecewaan warga Desa Bawan, Kota Subulussalam, terhadap janji pemerintah dalam menangani konflik gajah kini meledak ke ruang publik. Seorang tokoh masyarakat, Bahaudin Padang, meluapkan amarahnya melalui unggahan di akun Facebook pribadinya, Senin (15/9/2025).
Dalam tulisannya, Bahaudin menegaskan bahwa warga sudah terlalu sering menjadi korban. Kebun masyarakat hancur-hancuran akibat ulah gajah liar, sementara janji pemasangan power fencing (pagar listrik) dari pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) tak kunjung terwujud.
“Kapan dipasang pagar listrik yang tempo hari dijanjikan? Atau memang harus menunggu habis dulu usaha masyarakat baru dipasang. Jangan hanya datang membuat janji kalau ujung-ujungnya PHP,” tulis Bahaudin dengan nada penuh amarah.
Menurutnya, kebun kakao, pisang, hingga pinang milik warga sudah hancur. Kerugian material kian hari kian besar, sementara masyarakat tidak punya daya upaya selain mengandalkan cara tradisional yang jelas tidak efektif. “Kami ini manusia, bukan korban percobaan. Pemerintah jangan hanya melindungi gajah, tapi membiarkan rakyat kecil mati perlahan,” tegasnya.
Kemarahan warga Desa Bawan kian beralasan. Masalah konflik gajah di Subulussalam bukanlah persoalan baru. Sudah bertahun-tahun masyarakat berteriak, namun pola yang sama terus berulang: janji datang saat konflik memanas, lalu sunyi senyap tanpa realisasi. Situasi ini memperkuat dugaan bahwa pemerintah hanya sibuk dengan pencitraan ketimbang mencari solusi nyata.
Masyarakat juga khawatir, jika BKSDA terus bersikap setengah hati, konflik ini bisa memicu tindakan nekat dari warga. “Jangan salahkan rakyat jika suatu saat mereka kehilangan kesabaran. Kalau pemerintah gagal hadir, masyarakat akan mencari jalan sendiri,” ujar seorang warga yang enggan disebut namanya.
Hingga berita ini diturunkan, pihak BKSDA belum memberikan tanggapan resmi terkait tuntutan warga Desa Bawan maupun janji pemasangan power fencing yang sudah lama digembar-gemborkan.
Redaksi: Syahbudin Padank