Aceh Subulussalam –detikaceh.com Kabar penuh haru datang dari Palestina. Seorang miliarder dermawan yang berdarah Indonesia disebut sebagai sosok di balik berdirinya 100 masjid di Gaza. Langkah monumental ini menjadi cahaya baru bagi warga Gaza yang tengah berjuang di tengah krisis kemanusiaan.
Meski hidup jauh dari tanah leluhurnya, sosok ini menunjukkan kepedulian yang mendalam. Dengan hartanya, ia bukan hanya menyumbang, melainkan benar-benar menghadirkan aksi nyata dengan membangun fasilitas ibadah yang hancur akibat perang.
Kisah ini menegaskan bahwa di manapun berada, darah Indonesia tetap membawa nilai kepedulian dan kemanusiaan. Banyak yang menilai, apa yang dilakukan sang miliarder menjadi bukti bahwa keturunan Indonesia di luar negeri dapat memberi teladan nyata yang menginspirasi dunia.
Di media sosial, muncul komentar yang merefleksikan rasa bangga masyarakat Masih banyak keturunan Indonesia yang membanggakan, yang berbuat tanpa banyak bicara.
Kontribusi besar ini memberi pesan kuat bagi bangsa. Bahwa kekuatan sejati seorang pemimpin atau tokoh bukan diukur dari gelar ataupun jabatannya, melainkan dari seberapa besar manfaat yang mampu ia hadirkan bagi orang banyak.
Bagi Indonesia, kisah ini adalah pengingat bahwa kepedulian sosial dan integritas adalah harta yang tak ternilai. Keberhasilan diaspora Indonesia membangun 100 masjid di Gaza memperlihatkan bahwa bangsa ini sejatinya tidak kekurangan teladan.
Pembangunan masjid di Gaza bukan hanya amal ibadah personal. Masjid-masjid itu akan menjadi pusat kegiatan sosial, pendidikan, hingga ruang kebersamaan bagi masyarakat yang tengah bangkit dari keterpurukan.
Dunia menaruh hormat pada langkah mulia ini. Sementara bagi Indonesia, sosok sang miliarder adalah simbol bahwa darah Nusantara mampu memberi warna dan cahaya, sekalipun jauh dari tanah kelahiran.
Kisah ini menyadarkan kita semua: kekayaan sejati bukanlah sekadar angka di rekening, melainkan jejak kebaikan yang ditinggalkan. Dari Gaza, seorang keturunan Indonesia memberi pesan universal bahwa kedermawanan adalah bahasa kemanusiaan yang dipahami oleh seluruh umat manusia.
[Syahbudin padang]